Batik, ungkapan sebuah filsafat hidup
Ragam  hias batik merupakan ekpresi yang menyatakan keadaan diri dan  lingkungan penciptanya. Ragam hias dapat merupakan imajinasi perorangan  atau kelompok, sehingga dapat menggambarkan cita-cita seseorang atau  kelompok tadi. Apabila ragam hias tadi dipakai terus menerus dan menjadi  kebiasaan masyarakat,maka akan menjadi tradisi.
seperti halnya kebudayaan, ragam hias  dapat mengalami perubahan yang itu dipengaruhi oleh lingkungan dan  norma-norma yang berkembang. Sehubungan dengan itu, ragam hias batik  dibagi dua kelompok, yakni batik kraton dan batik pesisiran. Batik  kraton adalah batik yang tumbuh dan berkembang diatas dasar dasar  filsafat kebudayaan jawa yang mengacu pada nilai-nilai spiritual dan  pemurniaan diri, serta memandang manusia dalam konteks harmoni semesta  alam yang tertib, serasi dan seimbang ( harmonis ).
Tata krama jawa, khusussnya dilingkungan  kraton juga berpengaruh dalam pembuatan batik. Berbagai ketentuan  tentang prilaku yang mengatur keluarga raja beserta para kerabat pejabat  keraton dalam bertiandak, berbicara dan berusaha, menumbuhkan  feodalisme. Penghalusan terhadap prilaku dan aktivitas seni budaya  seperti menari, mendalang, membuat keris, juga membatik menjadi dambaan  dalam pencapaian nilai-nilai harkat ideal pada sesama warga keraton.
Cara berfikir kearah perwujudan bentuk  yang jelas, teratur dan formal serta hubungan antara corak-corak utama  pembentuk ragam hias dengan latar belakangnya adalah factor lainnya yang  dipertimbangkan dalam proses pembuatan batik keraton. Semua hal  tersebut diatas menampilkan batik keraton dalam ikonografi yang  cenderung bernuansa kontemplatif, tertib, simetris, bertata warna  terbatas pada coklat soga dan biru nila
Tidak ada komentar:
Posting Komentar