Belajar Dari Kegagalan
Kegagalan merupakan label yang seringkali kita hubungkan dengan suatu tindakan yang tidak berhasil dan begitu diterapkan, label ini membuat kita dikatakan orang yang tidak mampu. Hal ini menurunkan semangat kita untuk menjadi orang yang sukses. Pada saat kita masih kecil, kegagalan tidak mempunyai makna, karena kita tidak mempunyai konsep “kegagalan”. Jika kita memiliki konsep kegagalan, maka kita tidak akan dapat berbicara, tidak akan dapat menulis dan tidak akan dapat berjalan. Karena untuk berbicara, menulis dan berjalan harus melalui kegagalan yang tak terhitung jumlahnya. Demikian juga dalam dunia bisnis juga dapat meniru kegagalan kita di masa kecil dan kita dapat belajar dari kegagalan tersebut.
Coca-Cola mengalami kegagalan pada tahun pertama penjualannya. Penjualan dilakukan dengan menempatkan Coca-Cola pada tempat minuman di Apotek dan menghabiskan dana 73,96 dolar untuk melakukan promosi lewat spanduk dan kupon iklan. Kegagalan tersebut membuat Coca-Cola membuat kesadaran adanya media lain, yaitu media massa yang mempunyai kekuatan lebih disbanding media lainnya saat itu dan mempromosikan Coca-Cola dengan suasana kegembiraan.
Matsushita memproduksi untuk pertama kali adalah adaptor steker. Adaptor ini sesungguhnya telah diusulkannya kepada majikannya terdahulu tetapi tidak memperoleh tanggapan. Untuk membuat produk ini, Matsushita bersama empat kawannya membutuhkan waktu empat bulan. Setelah produk ini jadi, ternyata tidak seorangpun mau membeli produk ini.
Pada tahun 1993, Compaq yang pada saat itu sebagai pemimpin pasar penjualan PC, melalukan pemotongan harga untuk menyaingi Dell. Hasilnya Dell Computer menderita kerugian 65 juta dolar pada enam bulan pertama, yang menyebabkan hampir bangkrut. Dell belajar dari kegagalan ini. Ia mencoba mencari cara lain untuk menjual komputer. Akhirnya Dell melakukan perubahan yang sangat mendasar dalam proses bisnisnya yang disebut rekayasa ulang. dalam bisnisnya dengan mengenalkan E-Commerce. Pada 1999, Dell dapat menjual 1,7 juta dolar per hari lewat situs E-Commercnya. Saham Dell naik 2000 persen dalam dua tahun. Dell mampu bersaing dengan perusahaan berkelas dunia seperti IBM, Compaq, HP, dan Bell-Nec. Bahkan pangsa pasar dan keuntungannya terus meningkat dan akhirnya menjadi penjual PC terbesar di dunia.
Ketika saya memulai usaha bersama kawan-kawan, sayapun mengalami kegagalan yang berulang ulang. Diawali dengan kegagalan saya menjadi Salesman Buku, Salesman telex lewat telepon, dan Salesman bahan pengkilap mobil. Primagama yang hanya mendapatkan 2 siswa pada hal telah melakukan promosi yang cukup gencar. CV. Wijaya, yaitu perusahaan yang melayani jasa perawatan mobil yang akhirnya mati. Demikian juga memulai usaha pusat pendidikan komputer “IMKI”, hanya mendapatkan 3 siswa serta AMIKOM hanya dipercaya oleh 6 siswa. Saya bersama kawan-kawan mencoba untuk belajar dari kegagalan, kemudian melakukan koreksi dan mecoba memperbaikinya untuk meraih keberhasilan
Aktualisasi Diri Tokoh Dunia
Abraham Maslow meneliti tokoh-tokoh dunia yang disebut orang-orang luar biasa. Tokoh-tokoh tersebut antara lain, George Washington, Abraham Lincoln, Thomas Jefferson, Albert Einstein, Eleanor Roosevelt, Goethe, D.T. Susuki, Benyamin Franklin, William Russel, Jane Addams, William James dan tokoh-tokoh dunia lainnya. Orang-orang tersebut disebut teraktualisasi dirinya. Ciri paling universal dan umum dari tokoh-tokoh tersebut adalah kemampuan mereka melihat hidup dengan jernih, melihat hidup apa adanya bukan menurut keinginan mereka, bersifat sabar, bersifat lebih obyektif terhadap hasil-hasil pengamatan mereka, hasrat pribadi tidak menyesatkan pengamatan mereka, mempunyai kemampuanjauh di atas rata-rata dalam hal menilai orang secara tepat dan dalam menyelami kepalsuan. Umumnya, pilihan pasangan mereka dalam perkawinan jauh lebih baik daripada rata-rata, sekalipun tidak sempurna.
Berkat persepsi mereka yang ampuh, tokoh-tokoh yang teraktualisasi diri ini lebih tegas dan memiliki pengertian yang lebih jelas tentang yang benar dan yang salah. Mereka lebih jitu meramalkan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi. Kemampuan melihat secara efisien, menilai secara lebih tepat pada orang-orang yang “manusiawinya penuh” ini ternyata merembes pula ke banyak kehidupan lainnya, berupa pemahaman bukan hanya atas orang tetapi atas seni, musik, masalah-masalah politik dan filsafat. Tokoh-tokoh tersebutmampu menembus dan melihat realitas-realitas tersembunyi serba membingungkan secara lebih gesit dan lebih tapat dibandingkan rata-rata orang.
Namun demikian, mereka memiliki sifat rendah hati, mampu mendengarkan orang lain dengan penuh kesabaran, mau mengakui bahwa mereka tidak tahu segalanya dan mau belajar dari orang lain. Orang lain akan mampu mengajari mereka sesuatu. Persepsi yang ampuh ini sebagian lahir dari dan dalam pemahaman lebih baik tentang diri sendiri. Konsep ini dapat juga dilukiskan sebagai sifat lugu pada anak-anak serta tiadanya kesombongan. Anak-anak sering mendengarkan tanpa prakonsepsi atau penilaian sebelumnya. Seperti anak-anak yang memandang dunia dengan mata lebar, jauh dari kritik dan tanpa dosa, mengamati persoalan apa adanya, tanpa mempermasalahkan perkara atau menuntut perkara.
Allah :”Wahai Musa apakah engkau mengerti mengapa aku berbicara langsung kepadamu”. Musa : ”Engkau Maha Tahu tentang itu semua”. Allah : ”Aku mengetahui setiap hati manusia, tetapi tidak pernah melihat hati yang lebih rendah hati seperti hatimu, karena itulah aku berbicara langsung denganmu”. Demikialah firman Allah yang diriwayatkan Kaa’ab Al-Ahbar.
Mendapat Keuntungan Berlipat
Untuk mendapat keuntungan berlipat banyak dilakukan dengan mengotak-atik pendapatan dan biaya. Karena rumus keuntungan adalah pendapatan dikurangi biaya. Langkah pertama yang dilakukan dengan menggenjot pendapatan dengan melakukan pemasaran yang agresif. Pendapatan merupakan perkalian antara harga dengan volume penjualan. Bermacam-macam strategi pemasaran digunakan untuk meningkatkan volume penjualan, mulai dari strategi kepemimpinan biaya secara menyeluruh sampai strategi diferensiasi. Tidak cukup dengan itu ditambah lagi strategi fokus, baik fokus kepemimpinan biaya secara menyeluruh maupun fokus diferensiasi. Strategi kepemimpinan biaya secara menyeluruh menonjolkan keunggulan harga dibandingkan pesaing dan strategi diferensiasi menonjolkan keunggulan produk, personal, pelayanan, saluran dan citra dibandingkan pesaing. Sedangkan untuk mengurangi biaya dengan melakukan efisiensi habis-habisan di segala lini. Bahkan kadangkala lini pada pengembangan sumberdaya manusia, seperti fasilitas pendidikan, pelatihan, tunjangan kesehatan dan sebagaya dipangkas habis. Tetapi justru pemangkasan pada biaya pengembangan sumberdaya manusia yang malah menjatuhkan perusahan itu, karena berpengaruh pada pendapatan perusahaan secara keseluruhan. Hal ini disebabkan jatuhnya semangat bisnis para karyawan.
Ada cara lain untuk meningkatkan keuntungan yang berlipat seperti yang dilakukan Ali bin Abi Thalib. “Wahai wanita, apakah kamu mempunyai sesuatu yang bisa dimakan suamimu?” tanya Ali kepada istrinya Fátimah. “Demi Allah aku tidak mempunyai sesuatu sedikitpun, Namur ini ada uang 6 dirham dari hasil upahku memintal bulu. Uang tersebut akan aku belikan makanan untuk Hasan dan Husain” jawab Fatimah. ”Wahai wanita yang mulia, berikan uang 6 dirham itu kepadaku” kata Ali. Fátima lalu memberikan uang 6 dirham itu kepada Ali bin Abi Thalib. Sesudah uang diterima, Ali ke luar rumah dengan maksud membeli makanan untuk kedua putranya. Tiba-tiba di tengah jalan ia bertemu seorang yang berkata “Siapa yang mau meminjami Allah, Dzat Yang Menguasai dan pasti Dia akan menepati Janji-Nya”. Akhirnya Ali mendekati orang tersebut dengan menyerahkan uang 6 dirham yang dibawanya dari rumah yang sedianya dibelikan makan untuk anaknya. Setelah uang diberikan Ali langsung pulang.
Ketika Fátima mengetahui kepulangan suaminya ke rumah tanpa membawa makanan apa-apa, ia terus menangis. Melihat istrinya menangis, Ali langsung bertanya “Wahai wanita mulia, apa yang menyebabkan engkau menangis?”. “Wahai putra paman Rasulullah, aku melihat engkau pulang dengan tanpa membawa makanan sedikitpun” jawab Fátimah. “Wahai wanita mulia, aku telah menghutangkan uang 6 dirham tadi kepada Allah” kata Ali. “Kalau itu yang engkau lakukan aku setuju” kata Fatimah.
Kemudian Ali bin Abi Thalib keluar hendak menuju ke tempat Rasulullah saw, tiba-tiba di tengah jalan ia bertemu seorang Badui yang sedang menuntun unta. Ali lalu mendekati Badui tersebut, maka Badui itu berkata “Wahai ayah Hasan, belilah unta ini”. “Aku tidak mempunyai uang sepeserpun untuk membeli untamu itu” kata Ali. Badui :” Aku menjual unta ini dengan cara dihutangkan”. Ali: “Kalau begitu, berapa harunta ini kamu jual?”. Badui: “Aku menjualnya dengan harga 100 dirham”. Ali:“Baiklah, unta ini aku beli, namun pembayarannya nanti saja setelah aku mendapatkan uang”.
Setelah itu Ali bin Abi Thalib menuntun unta yang baru dibelinya. Tetapi tidak begitu jauh Ali dihadang oleh seorang Badui lain, yang bertanya kepadanya “Wahai ayah Hasan, apakah kamu hendak menjual unta yang kamu tuntun itu?”. Ali: “Benar, aku hendak menjual unta ini”. Badui: ” Berapa harganya?”. Ali:“Harga unta ini 300 dirham”. Badui:“Baiklah, aku beli untamu dengan harga tersebut”.
Setelah orang Badui itu menyetujui harganya, ia langsung membayar 300 dirham secara tunai kepada Ali. Sesudah menerima pembayaran tersebut, Ali menyerahkan kendali untanya kepada orang Badui tadi. Kemudian ia pulang ke rumahnya. Tatkala Fatimah mengetahui suaminya datang, ia menyambutnya dengan senyum kasih saying, sebagaimana kebiasaan yang ia lakukan setiap kali menyambut kedatangan suaminya. Fatimah lalu bertanya “Wahai ayah Hasan, apa yang engkau bawa hari ini?”. “Wahai putri Rasulullah, aku telah membeli seekor unta dengan dihutang cara pembayarannya seharga 100 dirham. Aku lalu menjual unta tersebut dengan harga 300 dirham secara tunai” jawab Ali. “Aku setuju saja terhadap apa yang kamu lakukan asalkan membawa kemanfaatan dan kemaslahatan” kata Fatimah.
Sesudah berbincang-bincang dengan Fatimah dirasa cukup, ia keluar rumah lagi menuju tepat Rasulullah. Pada saat ia memasuki pintu masjid Rasulullah saw melihatnya dengan tersenyum dan ketika Ali sudah mendekat, beliau berkata ““Wahai ayah Hasan, apakah kamu yang bercerita kepadaku, ataukah aku yang memberi kabar kepadamu?”. “Engkau saja yang memberi kabar kepadaku” jawab Ali. Rasulullah berkata ““Wahai ayah Hasan, apakah kamu sudah mengerti, siapa sebenarnya Badui yang menjual unta kepadamu itu, dan siapa Badui kedua yang membelinya?”. Ali: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”. Rasulullah: “Beruntung sekali kamu………beruntung …….beruntung……… Wahai Ali, kamu telah menghutangi Allah dengan 6 dirham, maka Allah memberimu 300 dirham sebagai pengganti setiap dirham mendapat 50 dirham. Adapun orang Badui yang pertama adalah Jibril, sedangkan yang kedua adalah Israfil“. Menurut riwayat lain menyebutkan bahwa orang pertama yang menjual unta adalah Jibril, sedangkan yang kedua adalah Mikail.
Hukum Memulai Bisnis
By M. Suyanto
Untuk memulai bisnis ada hukumnya, agar kita dapat meraih kesuksesan. Sebelum membahas hukum memulai bisnis, kita memahami dahulu apa yang disebut bisnis tersebut. Secara historis kata bisnis berasal dari bahasa Inggris business, dari kata dasar busy yang berarti “sibuk” dalam konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat. Pengertian sibuk adalah mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan. Sedangkan dalam ilmu ekonomi, bisnis didefinisiakan suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Pengalaman yang sangat berharga dalam memulai bisnis pada saat saya pulang ke kampung menengok Nenek saya.
Ketika saya pulang kampung, pada hari Idul Fitri saya ketemu kawan saya, bahwa ia bercita-cita akan menjadi pengusaha (entrepreneur). Setahun kemudian saya bertemu kawan saya lagi, kemudian saya bertanya “Apakah sekarang jadi pengusaha”. Ia menjawab “belum, saya nggak punya modal (capital)”. Meskipun demikian ia tetap bercita-cita akan menjadi pengusaha. Pada hari Idul Fitri berikutnya saya bertemu kawan saya lagi dan ternyata iapun belum menjadi pengusaha. Saya teringat kisah Abu Nawas. Ia mengatakan di depan Raja Harun Ar-Rasyid bahwa ia akan terbang. Mendengar perkataan Abu Nawas tersebut Raja Harun Ar-Rasid berkata dalam hatinya ”Nah inilah kesempatan saya mengalahkan Abu Nawas”. Kemudian Raja Harun Ar-Rasyid berkata ”Hai Abu Nawas. Apa katamu tadi?”. ”Maaf Baginda Raja, apabila Baginda memberi saya panggung yang tinggi, maka hamba akan terbang dari panggung tersebut” kata Abu Nawas. ”Baiklah Abu Nawas, akan saya buatkan panggung yang tinggi, tetapi setelah selesai sholat Jum’at depan kamu harus sudah mempersiapkan diri untuk terbang” kata Raja Harus Ar-Rasyid. ”Hamba siap Baginda” jawab Abu Nawas. Seminggu kemudian, setelah selesai sholat Jum’at, rakyat telah berkumpul di alun-alun untuk menyaksikan Abu Nawas akan terbang.
Abu Nawas menunggu Baginda Raja Harus Ar-Rasyid di bawah panggung yang menjulang tinggi sekitar 12 meter. Sesaat kemudian Baginda Raja Harun Ar-Rasyid tiba di alun-alun yang dielu-elukan oleh rakyatnya, kemudian mendekati Abu nawas. ”Kamu sudah siap Abu?” tanya Raja Harun. ”Sudah Baginda” jawab Abu Nawas. Kemudian Abu Nawas memanjat panggung yang tinggi tersebut sampai di atas. Kemudian ia berdiri yang disambut dengan harap-harap cemas, “Bagaimana Abu Nawas terbang dari panggung itu tanpa membawa peralatan apapun. Kalau jatuh Abu Nawas pasti mati ” gumam mereka dalam hati. Abu Nawas mengangkat satu kakinya dan mengayun-ayunkan kedua tangannya seperti burung akan terbang. Kemudian ganti satu kaki satunya yang diangkat dan mengayun-ayun kedua tangannya kembali. Perbuatan itu dilakukan Abu Nawas berulang-ulang sehingga rakyat merasa bosan melihat tingkah Abu Nawas tersebut, kemudian mereka berteriak ”Katanya kamu akan terbang. Kok hanya begitu”. Abu Nawas menjawab ”Saya kan hanya berkata akan terbang. Lho lihat aku ini. Aku akan terbang kan”. Baginda Harun tersenyum melihat tingkah laku dan jawaban Abu Nawas tersebut, dan Baginda merasa kalah. Abu Nawas diberi hadiah. Itulah kalau Anda hanya akan menjadi pengusaha, maka selamanya hanya akan menjadi pengusaha dan tidak pernah menjadi pengusaha. Hal ini terjadi karena ada hukum memulai usaha.
Hukum memulai usaha seperti halnya hukum gaya gesek suatu benda. Gaya gesek saya kenal, sejak saya di SMA kelas satu. Guru saya mengatakan bahwa benda yang diam mempunyai gaya gesek relatif lebih besar dibandingkan dengan benda yang bergerak. Gaya gesek terbesar terjadi pada saat benda akan bergerak. Demikian halnya dalam memulai bisnis (business). Ketika akan memulai bisnis, hambatannya besar. Setelah bisnis berjalan, maka hambatannya relatif lebih kecil. Hambatan terbesar terjadi pada saat hari pertama membuka bisnis. Wajar kalau dari 100 orang di Indonesia,hanya 2 orang yang mampu melewati hambatan terbesar tersebut. Tetangga saya mengatakan kepada saya ”Pak Yanto ketika saya membuka toko pada hari pertama, wah satu rumah ribut sekali. Tetapi setelah toko saya berjalan, saya tidak seribut pada hari pertama toko saya buka”. “Lewati rintangan terbesar dengan langsung memulai bisnis”. Itulah hukum untuk memulai bisnis.
Strategi Belajar dari Kegagalan
Kita dapat belajar dari kegagalan dan kesuksesan suatu perusahaan. Keangkuhan eksekutif perusahaan salah satu penyebab jatuhnya perusahaan. Pada 2002, telah diketahui ambruknya perusahaan minyak Enron, karena eksekutifnya perilakunya menjijikkan terhadap karyawan dengan memecat karyawannya secara besar-besaran, tetapi dibalik itu dilaporkan perusahaan masih mampu menemukan dana $200.000 untuk mendanai peti kemewahan pada apa yang dulunya bernama Enron Field. Perusahaan Polaroid, dilaporkan membatalkan tunjangan kesehatan pensiunan-pensiunan perusahaan menjelang petisi, sebaliknya manajemen dilaporkan mengajukan petisi kepada pengadilan kebangkrutan agar diijinkan untuk memberikan $19 juta sebagai bonus kepada para eksekutif supaya tidak meninggalkan perusahaan. Demikian juga perusahaan Webvan yang membayar CEO-nya yang mendurkan diri $375.000 pertahun seumur hidup, sebelum perusahaan tersebut menghentikan operasinya yang mem-PHK karyawan. Berkat insiden-insiden yang dipublikasikan secara heboh tentang keserakahan dan kesombongan eksekutif, Amerika kini tidak lagi percaya pada perusahaan-perusahaan besar untuk tingkat yang baru. Amerika menjanjikan Ekonomi Baru dan era kemakmuran baru yang tidak terbatas. Namun semuanya ternyata isapan jempol, tulis Mark Ingebretsen dalam bukunya Why Companies Fail: Strategies for Detecting, Avoiding, and Profiting from Bankruptcy . “Banyak eksekutif puncak cenderung membangun jarak dengan lini depan. Semakin besar perusahaan, semakin besar kemungkinan eksekutif-eksekutif puncak kehilangan kontak dengan lini depan. Ini bisa menjadi factor tunggal paling penting yang menghambat pertumbuhan perusahaan “kata Jack Trout. Pengalaman dari kegagalan para eksekutif top dunia ini dapat dipakai sebagai pelajaran yang sangat berharga dan tidak kita ulang kembali. Tetapi sebaliknya, Sam Walton sebagai pendiri Wal-Mart, dengan bersahaja dan rendah hati mengunjungi lini depan (pramuniaga) dari
setiap toko Wal-Mart sepanjang hidupnya. Dia bahkan mengabiskan tengah malamnya didok bongkar-muat dan berbicaran dengan kru. Gaya kepemimpinan Sam Walton yang dekat dengan karyawan tersebut mewarnai budaya perusahaan Wal-Mart hingga saat ini. Pada 2003, Wal-Mart terpilih sebagai perusahaan peringkat satu yang paling mengagumkan dunia, versi majalah Fortune. Lebih lanjut dapat dibaca pada buku The 10 Rules of Sam Walton: Success Secrets for Remarkable Results
Demikian pula, tatkala Umar bin Khatab pergi ke Syam naik onta bersama dengan pembantunya. Umar bergiliran dengan pembantunya dalam menaiki onta. Bila Umar naik onta, maka pembantunya yang memegang talinya, sebaliknya bila pembantunya yang naik onta Umar yang memegang talinya, begitu seterusnya sampai di tempat yang dituju. Ketika sampai di Syam datanglah giliran Umar yang menarik tali, dalam perjalan tersebut Umar memegang tali onta dan mengepit sandalnya di bawah ketiak kiri. Gubernur Syam, Abu Ubadah mengetahui dan berkata “Wahai Amirul Mukminin, para pembesar Syam telah keluar menjemput Anda, maka tidaklah pantas bila mereka melihat Anda seperti ini.” Umar berkata “Sungguh dengan sebab Islam kita telah menjadi mulia, maka tidak peduli dengan omongan orang”. Pemimpin yang memimpin dengan rendah hati tersebut merupakan pemimpin yang mulia baik di sisi Allah maupun di sisi manusia. Secara rinci dapat dibaca
dalam buku Umar: Makers of Islamic Civilization
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Manajemen Pemasaran
Pemasaran telah berubah cepat akibat perubahan lingkungan baik bisnis maupun non bisnis, yang diidentifikasi dari: 1. Perubahan perila...
-
MUKADIMAH SHOLAWATUL QUR’AN Penjelasan ini sebenarnya sudah ada pada mukadimah/pendahuluan sholawat yan...
-
” KEGUNAAN TANAMAN OBAT “ Berikut informasi seputar berbagai khasiat berbagai tanaman obat dan penggunaannya, bermanfaat sekali sebagai ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar